Menjalankan ibadah puasa di tanah rantau memberi kesan tersendiri, seperti yang dirasakan oleh mahasiswa yang sedang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) batch 4. Ada 2 mahasiswa dari Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah (USM) sedang mengikuti program tersebut di Universitas Padjajaran Bandung dan di Institut Teknologi Telkom Purwokerto.
Sebagai informasi, program PMM merupakan salah satu program dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mendorong para mahasiswa untuk mengeksplor dan mempelajari keberagaman budaya nusantara; berteman dengan mahasiswa dari berbagai daerah; dan memberikan kesempatan mahasiswa belajar pada kampus lain di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut Humas USM menyempatkan diri melakukan wawancara via WhatApp dengan kedua mahasiswa tersebut yaitu Fadhil Ulwan dan Muhammad Al Farisi, senin (8/4/24) untuk menceritakan pengalamannya berpuasa di Jatinangor Jawa Barat dan Purwokerto Jawa Tengah.
Fadhil Ulwan yang sedang mengikuti PMM di Universitas Padjajaran Kampus Jatinangor mengaku salut terhadap kekompakan mahasiswa di Jatinagor Jawa Barat, ketika menyambut bulan suci Ramadan para mahasiswa baik di Kampus Unpad maupun Kampus ITB aktif membagikan takjil gratis kepada mahasiswa dan masyarakat yang dimulai sejak awal Ramadan. Sebab, di daerah asalnya, yaitu Aceh, tradisi serupa biasanya dimulai di sepuluh Ramadan.
“Saya melihat kekompakan mahasiswa di kampus Unpad maupun ITB mereka aktif membagikan takjil gratis kepada mahasiswa perantauan maupun masyarakat yang dimulai sejak awal Ramadan. Berbeda dengan di Aceh, biasanya pembagian takjil gratis dimulai pada sepuluh Ramadan,” ujar Fadhil.
Sebenarnya tradisi pembagian takjil gratis di bulan Ramadan adalah hal biasa. Namun, karena itu dilaksanakan kompak oleh mahasiswa, dirinya bersama teman-temannya yang merantau memiliki kesan berbeda.
“Karena benar-benar menghadirkan suasana di bulan Ramadan dibuat. Sehingga, saya sangat salut kepada mahasiswa disini,” ungkap Fadhil, sapaan akrabnya.
Ia juga menceritakan kalau sempat kaget karena merasakan pertama kali berpuasa dengan adanya perbedaan waktu. Mengingat, waktu di pulau Jawa dan Aceh memiliki perbedaan waktu 40 menit.
“Dari segi waktu juga kaget, karena lebih cepat hampir satu jam. Saya kira masih jam segini ternyata sudah hampir satu jam,” kata Fadhil.
Sementara bagi Muhammad Al Farisi atau akrab disapa Faris cukup kaget dengan harga makanan yang cukup murah dibanding di Aceh.
“Jauh lebih murah di sini (Purwokerto) dari pada di Aceh, Rp5.000 sudah bisa dapat nasi, kalau di Aceh belum tentu,” tuturnya.
Faris menuturkan, kalau dia akan merayakan lebaran di Purbalingga, tempat keluarga besar kakeknya yang merupakan keturunan asli Purbalingga yang lari ke Aceh pada masa penjajahan Belanda.
“Saya akan merayakan lebaran di Purbalingga, tempat keluarga besar Kakek, sebetulnya kakek saya asli keturunan Purbalingga yang lari ke Indrapuri Aceh Besar pada masa penjajahan Belanda karena membunuh serdadu Belanda ketika itu”, ujar Faris bercerita.